Jakarta - Menulis di blog tak sama dengan menulis di
microblog seperti Twitter. Perbedaan mencolok yang terlihat adalah
jumlah karakter yang tersedia. Selain itu, ide dan argumen yang
ditampilkan di Twitter tak seutuh ketika menulis di blog.
Tren
ini terjadi lantaran karakter kreator yang diperlukan untuk membangun
sebuah blog tak dimiliki banyak orang. "Jumlah kreator tidak banyak.
Mereka kebanyakan adalah conversationalist,” kata Nukman Luthfie.
Padahal,
bila sifat kreator dikembangkan, para blogger ini bisa menjadi
conversationalist atau ahli cakap yang lebih berisi. Berikut ini
pandangan Nukman terhadap perkembangan blogger di Indonesia kepada
wartawan Tempo, Erwin Zachri.
Seperti apa awal perkembangan blog?
Dulu,
yang namanya media sosial awalnya berbentuk forum. Lalu berkembang ke
blog, Friendster, dan kemudian menjadi seperti sekarang.
Perbedaan antara blog dan media sosial?
Blog
adalah satu-satunya tempat untuk mengaktualisasi diri dengan tulisan
panjang, kalau forum bukan. Blog mulai ramai sekitar tahun 2006.
Kemudian muncul Friendster dan Multiply, yang dilengkapi dengan blog.
Adakah pengaruh jejaring sosial terhadap blog?
Media
sosial baru muncul dan berekspansi dengan karakter tulisan pendek,
seperti Twitter, Tumblr, dan Facebook. Ini memunculkan tren baru dan
disukai mereka yang tidak tahan (membaca) tulisan panjang.
Akibatnya,
muncul kasta baru, yakni teknografi sosial sebagai cara baru memetakan
pasar. Dulu pasar dipetakan secara demografis dan psikografis.
Lantas?
Dengan
perkembangan yang ada dan orang semakin mobile, media sosial dipecah
lagi menjadi kreator dan conversationalist. Kreator adalah mereka yang
punya laman atau blog sendiri yang terus di-update secara reguler,
sehingga media mereka hidup. Conversationalist adalah orang yang suka
mengobrol, punya akun di microblog, dan sangat aktif.
Mereka inikah yang berkembang?
Orang
di level ini sangat susah jadi kreator karena harus menulis panjang.
Tapi orang kreator bisa menjadi conversationalist. Terjadi peralihan di
sini.
Ini berdampak menurunnya popularitas blog?
Blog
yang dulu ramai kemudian menurun, dan hanya beberapa yang bertahan.
Memang karakter conversationalist seperti itu. Di Twitter mereka
cerewet. Jumlah kreator memang tidak banyak, yang banyak adalah
conversationalist.
Bagaimana dengan tren memanfaatkan blog untuk menghasilkan uang?
Orang
nge-blog karena ingin menulis. Tapi ada yang nge-blog untuk mencari
uang, bukan karena passion. Blog yang bertujuan mencari uang sering kali
isinya tidak jelas.
Ada data tentang perkembangan mereka?
Saya tidak tahu. Mereka hanya menjadikan blog sebagai media mencari uang. Sementara (aktivitas) blogger itu sebenarnya menulis.
Sayangnya,
justru orang kini lebih senang menulis di microblog. Sebab, banyak
pemilik blog yang semula rajin mengaktualisasi diri lewat tulisan di
blog kini beralih ke jejaring sosial yang hanya butuh tulisan pendek.
Posting Komentar