Suatu
hari Nabi Ibrahim diuji keimanannya pada Allah untuk mengukur seberapa
besar kecintaan Ibrahim pada-Nya. Nabi Ibrahim pun bermimpi diperintah
Allah untuk menyembelih Ismail, putra tercinta yang sangat dinantikan
kehadirannya selama bertahun-tahun. Beliau kaget, keraguan dan
kebimbangan menyelimuti hatinya benarkah ini sebuah perintah dari Allah
atau jangan-jangan ini hanya tipudaya setan. Hingga akhirnya beliau
mendapat mimpi dan perintah yang sama hingga terulang tiga kali dan Nabi
Ibrahim pun menetapkan tekad dan menguatkan hati lalu meyakini kalau
ini adalah benar-benar perintah Allah yang harus dilaksanakan.
Nabi
Ibrahim pun pergi menemui putranya dan menyampaikan apa yang
diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya. Semula beliau khawatir akan
jawaban anaknya, tapi Ismail menjawab: “Wahai ayahku, lakukanlah apa
yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.” Betapa terharunya beliau mendengar
jawaban dari anaknya yang shaleh sehingga makin menambah rasa sayangnya
sekaligus menambah kesedihannya karena teringat bahwa beliau akan
kehilangan anak yang dikasihinya.
Akhirnya
ayah dan anak ini pun membulatkan tekad dengan penuh keimanan dan
ketaatan untuk segera melaksanakan perintah Allah tersebut, parang yang
sangat tajam pun disiapkan dan mereka berangkat menuju suatu tempat
untuk melaksanakan perintah tersebut. Dan akhirnya saat-saat terberat
bagi Nabi Ibrahim pun tiba… dengan mengumpulkan segenap keyakinan dan
dengan penuh kepasrahan Nabi Ibrahim tetap menjalankan perintah Allah
tanpa keraguan meskipun setan terus menggodanya. Beliau pun mengayunkan
parang ke leher Ismail dan mulai menyembelihnya.
Namun
parang yang tajam seakan-akan menjadi tumpul dan tidak mampu melukai
leher Ismail… tak ada setetes darahpun keluar dari leher Ismail, Nabi
Ibrahim pun mengulangi dan tetap saja Ismail tidak terluka sedikitpun.
Hingga akhirnya Allah mengganti dengan seekor hewan sembelihan yang
besar (sejenis kambing atau domba).
Ada beberapa hal yang bisa kita ambil, antara lain :
Keimanan
Seberapa
besar keimanan kita pada sang pembuat hidup benar-benar diuji dengan
sebuah ujian yang diberikan oleh-Nya. Terkadang kita lupa, saat kita
senang, dan akan menemuiNya saat kita merasa susah. Padahal iman
seharusnya ada saat kita senang maupun susah. Secinta apapun Ibrahim
pada Ismail, Ibrahim tetap mencintai Allah sehingga apapun yang Allah
perintahkan tetap ia jalankan, walaupun harus mengorbankan sesuatu yang
sangat ia cintai.
Kesabaran
Sebagian
berpendapat kalau sabar juga ada batasnya. Nabi Ibrahim tetap bersabar
saat bertahun-tahun tidak mendapatkan keturunan. Setelah ia
mendapatkannya, Allah memerintah untuk menyembelih hal yang paling ia
cintai. Dengan bersabar dan penuh keyakinan, iapun menjalankan perintah.
Bagaimana dengan kita? Jika kita diuji dengan sedikit sakit, seberapa
banyakkah dari kita yang tidak mengeluh?
Keikhlasan
Ikhlas
menjalankan perintah Allah sekalipun itu berat. Itulah yang bisa kita
teladani dari Nabi Ibrahim as. Jujur deh gan, berapa banyak diantara
kita yang sholatnya masih sering bolong? berapa banyak diantara kita
yang ikhlas bersedekah saat kita sendiri sedang kekurangan? Ikhlas
memang sangat susah. Hanya Allah lah yang tahu tulusnya kita. Maka jika
meneladani sifat yang satu ini, maka InsyaAllah Allah akan memberi kita
nikmat yang luar biasa..
Solidaritas sosial
Yang
ini jelas, kalo kita menjalankan kurban, maka kita memberikan daging
hewan kurban pada yang membutuhkan, dengan tujuan mereka bisa menikmati
daging di hari lebaran. Dengan kita memberikan daging, maka kita telah
memberi perhatian pada mereka yang masih kurang beruntung, dan akan
menambah rasa persaudaraan kan.
Posting Komentar